Saya akan bercerita sejujurnya tentang diri saya yang
mengalami sekolah di zaman saya, pendidikan formal selama ini dari
TK-SD-SMP-SMA. Mungkin berbeda dengan anda yang sekarang ini.
Awalnya saya mengikuti saja apa yang namanya sekolah. Kata
orangtua saya, semua orang itu harus sekolah supaya kamu bisa mencapai
cita-citamu dengan mudah. Mungkin pada awalnya saya merasa aneh dengan sekolah.
Orang-orang ada yang pakai celana merah, celana biru, lalu celana abu”.
Nah, saya disekolahkan pertama-tama ke taman kanak-kanak atau sering
disebut TK. Saya merasa TK berbeda dengan yang lainnya karena sekolah tersebut
difasilitasi oleh taman bermain. Kegiatan sekolah TK hanya bermain, mewarnai,
menggambar, membaca, dan berhitung. Tapi disini saya sangat merasakan kemudahan
dalam belajar. Lalu setelah 2 tahun di TK saya pindah ke SD atau Sekolah Dasar.
Disini saya sudah mulai mengerti bahwa kita sekolah pasti akan masuk ke jenjang
yang lebih tinggi. Hari-hari di SD serasa seperti anak TK tapi ada perbedaan,
yaitu tidak ada lagi taman bermain dan ditambah dengan pelajaran yang belum
kita tahu menjadi tahu, misalnya pelajaran bahasa inggris, pendidikan agama,
keterampilan. Dari kelas 1-3 SD mata pelajaran yang diajarkan mulai berkembang
dengan pelajaran yang agak sulit, lalu diikuti kelas 4-6 SD mulai ada tambahan
pelajaran, seperti Ilmu Pengetahuan Alam/IPA dan Ilmu Pengetahuan Sosial/IPS.
Entah mengapa saya mulai merasakan perbedaan yang mulai saya tidak bisa terima
saat di kelas 4-6 SD. Saya mulai tidak suka pelajaran IPS karena disitu
mempelajari nama-nama tempat, nama pahlawan, peta buta, pokoknya serba hafalan
yang harus diketahui sebagai “warga
dunia” Nah warga dunia yang saya maksud adalah mengetahui apa yang ada di
dunia ini, terutama negara kita INDONESIA. Lalu kendala yang kedua adalah
pelajaran IPA yang harus mempelajari tentang alam, tapi semakin ke dalam
tiba-tiba ada rumus dibalik itu. Saya pikir hitungan hanya ada didalam
matematika saja. Lalu kendala yang terakhir adalah bahasa. Kenapa kita harus
belajar bahasa inggris? Pikiran saya awalanya bahasa inggris supaya kita bisa
berbicara sama orang inggris atau orang luar negri.
Setelah saya mengerti tentang SD yang sekolah 6 tahun, lalu
saya masuk ke jenjang SMP atau Sekolah Menengah pertama. Saya berfikir sekolah
itu seperti sebuah tantangan. Tantangan apa lagi yang harus saya lalui
selanjutnya? Ternyata SMP disuguhi dengan buku yang begitu banyak. Pelajaran
yang masih saya aggap utama bahasa Indonesia, bahasa inggris, Pendidikan
Kewarganegaraan, dan Matematika. Juga ada pelajaran tambahan lainnya, seperti
agama, Budi pekerti, keterampilan, olahraga, bahasa jepang, bahasa mandarin,
dll. Tapi IPA dan IPS dipecah lagi. Untuk IPA ada Biologi, Fisika, Kimia(tapi
hanya kelas 1 SMP atau kelas 7, pelajaran ini sempat dihentikan karena tidak di
UNkan), sedangakan untuk IPS ada geografi, ekonomi, sejarah. Jadi dengan buku
sebanyak ini saya harus membawa sekitar 5-6 buku pelajaran setiap harinya
sesuai jadwal. Selama 3 tahun saya harus bertahan dengan tas yang besar dengan
bawaan yang begitu berat. Mungkin ini yang membuat saya pendek nggak
tinggi-tinggi....hehehehe. Pikiran saya sudah pecah belah, dimana saya harus
memikirkan nilai pelajaran ini,,pelajaran itu,, ya mungkin ada sekitar 13
pelajaran lebih... GIILLAAA!!! Walau bagaimanapun saya harus menjalaninya
semata-mata saya pengen jadi orang pintar yang bijaksana yang tidak dibodohi,
belajar menghargai waktu, menghargai uang ORANGTUA yang membiayai sekolah, dan
yang terpenting MORAL attitude yang terpenting.
Masuk ke jenjang SMA atau Sekolah menengah atas ternyata
lebih rumit lagi!!! Tapi saya rasakan ini tambah sulit lagi, tapi hanya
bertahan selama setahun itu yaitu kelas 1 SMA/kelas 10. Tetap seperti SMP pelajarannya
tapi ada tambahan pelajaran lagi seperti, Kimia, sosiologi, bahasa jepang. Semakin
banyak dan pelajaran makin sulit dan penuh tantangan. Lalu untuk kelas 11-12
memilih jurusan yaitu IPS atau IPA. Kalau saya sih masuk jurusan program IPA,
jadi yang pelajran IPS tidak masuk dalam pelajaran saya. Nah, saya katakan lagi.
“Walau bagaimanapun saya harus
menjalaninya semata-mata saya pengen jadi orang pintar yang tidak dibodohi,
belajar menghargai waktu, menghargai uang ORANGTUA yang membiayai sekolah, dan
yang terpenting MORAL attitude yang terpenting.”
Nah, itu adalah sekilas pengalaman saya selama TK-SMA.
Sekarang ini saya mau masuk ke perguruan tinggi, jadi saya belum mengetahui
perguruan tinggi. Sehingga saya hanya bisa bercerita sekilas itu. Sekilas
seperti itu juga membuat pengalaman yang buruk bagi saya. Nah ini merupakan
fakta dari saya tentang pengalaman sekolah dari TK, SD, SMP, dan SMA :
·
TK :
merupakan sekolah pembentukkan mental dan dasar dari pembentukan karakter
sebagai anak-anak. Walaupun TK tidak wajib dilalui karena bukan program dari
sekolah 9 tahun yang merupakan kebijakan dari pemerintah. Pelajaran yang saya
anggap utama dari TK ini adalah membaca, menulis, dan berhitung.
·
SD : Pelajaran yang mulai berkembang dan ada
tambahan IPA dan IPS yang pada intinya melanjutkan pelajaran ini ke jenjang
SMP.
·
SMP : sebagai lanjutan dari SD yang memecah pelajaran
IPA IPS yang alias disuguhi atau ditambahi pelajaran juga buku seperti kimia,
fisika, biologi, geografi, dll. Sebenarnya disini terlihat aneh saat pelajaran
yang di UNkan hanya bahasa indonesia, bahasa inggris, matematika, dan “IPA”.
·
SMA : ternyata pelajaran masih berkembang dan
mulai ada kebosanan dalam diri, juga ada pertanyaan-pertanyaan yang penting,
seperti mengapa saya harus belajar seperti ini toh gakk berguna??!!!!
·
Jadi pada intinya kesimpulan dari semua ini adalah :
“Walau bagaimanapun
saya harus menjalaninya semata-mata saya pengen jadi orang pintar yang bijaksana
yang tidak dibodohi, belajar menghargai waktu, menghargai uang ORANGTUA yang
membiayai sekolah, dan yang terpenting MORAL attitude yang terpenting.”
Yogyakarta, 26 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar